Mineral rare earth itu ditemukan di dasar laut di Samudera Pasifik.
SELASA, 5 JULI 2011, 04:27 WIB
Bayu GalihVIVAnews - Peneliti Jepang telah menemukan sejumlah mineral "langka", yang dapat digunakan untuk membuat produk elektronik. Mineral nadir bumi (rare earth) itu antara lain untuk digunakan dalam pembuatan telepon pintar (smartphones), komputer tablet semacam iPad, dan televisi layar datar.
Mineral itu bisa ditemukan di dasar Lautan Pasifik di sekitar Hawaii, Amerika Serikat. Bahkan, dengan mudahnya mineral itu diekstrasi. Temuan ini sekaligus menambah pengetahuan akan fungsi mineral itu, namun sekaligus mengancam persediaannya.
"Kandungan mineral itu memiliki konsentrasi berat yang langka. Hanya per satu kilometer persegi dari kandungan itu bisa menyediakan seperlima dari konsumsi global secara tahunan (untuk digunakan di barang elektronik)," kata Yasuhiro Kato, asisten profesor di bidang ilmu bumi Universitas Tokyo, seperti dikutip dari The Guardian.
Temuan yang berhasil dilakukan tim yang dipimpin Kato ini bisa memiliki dampak untuk produksi barang elektronik yang membutuhkan mineral langka, seperti tantalum dan yttrium. Karena selama ini mineral tanah sebagian besar ada di China, yang menyediakan sekitar 97 persen dari suplai global.
Penelitian terbaru yang dimuat di jurnal Nature Geoscience itu menemukan mineral itu tersembunyi di lumpur di dasar laut itu dapat diekstrasi di kedalaman 3.500 hingga 6.000 meter, di 78 lokasi. Sepertiga dari lokasi tersebut, kata Kato, memiliki kekayaan kandungan mineral langka itu dan metal yttrium.
Kato menjelaskan, kandungan mineral nadir bumi itu bisa ditemukan membentang sepanjang timur hingga barat Hawaaii. Selain itu, bisa juga ditemukan di sebelah timur Tahiti di Polinesia, Perancis.
Kato memerkirakan mineral nadir bumi itu terkandung sebanyak 80 hingga 100 miliar ton. Dibandingkan dengan persediaan global yang ditemukan US Geological Survey, baru 110 juta ton yang ditemukan, antara lain di China, Rusia, negara bekas Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
Penggunaan mineral nadir bumi untuk produksi barang elektronik berteknologi tinggi, magnet, dan baterai menyebabkan banyaknya kegiatan pertambangan mineral itu dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Kato, lumpur laut yang ditemukan memang kaya mineral nadir bumi lain, seperti gadolinium, lutetium, terbium, dan dysporsium.
"Ini biasa digunakan dalam pembuatan televisi layar datar, juga LED (light-emmiting dioda) dan mobil hibdrida," jelas Kato. (umi)
• VIVAnewsMineral itu bisa ditemukan di dasar Lautan Pasifik di sekitar Hawaii, Amerika Serikat. Bahkan, dengan mudahnya mineral itu diekstrasi. Temuan ini sekaligus menambah pengetahuan akan fungsi mineral itu, namun sekaligus mengancam persediaannya.
"Kandungan mineral itu memiliki konsentrasi berat yang langka. Hanya per satu kilometer persegi dari kandungan itu bisa menyediakan seperlima dari konsumsi global secara tahunan (untuk digunakan di barang elektronik)," kata Yasuhiro Kato, asisten profesor di bidang ilmu bumi Universitas Tokyo, seperti dikutip dari The Guardian.
Temuan yang berhasil dilakukan tim yang dipimpin Kato ini bisa memiliki dampak untuk produksi barang elektronik yang membutuhkan mineral langka, seperti tantalum dan yttrium. Karena selama ini mineral tanah sebagian besar ada di China, yang menyediakan sekitar 97 persen dari suplai global.
Penelitian terbaru yang dimuat di jurnal Nature Geoscience itu menemukan mineral itu tersembunyi di lumpur di dasar laut itu dapat diekstrasi di kedalaman 3.500 hingga 6.000 meter, di 78 lokasi. Sepertiga dari lokasi tersebut, kata Kato, memiliki kekayaan kandungan mineral langka itu dan metal yttrium.
Kato menjelaskan, kandungan mineral nadir bumi itu bisa ditemukan membentang sepanjang timur hingga barat Hawaaii. Selain itu, bisa juga ditemukan di sebelah timur Tahiti di Polinesia, Perancis.
Kato memerkirakan mineral nadir bumi itu terkandung sebanyak 80 hingga 100 miliar ton. Dibandingkan dengan persediaan global yang ditemukan US Geological Survey, baru 110 juta ton yang ditemukan, antara lain di China, Rusia, negara bekas Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
Penggunaan mineral nadir bumi untuk produksi barang elektronik berteknologi tinggi, magnet, dan baterai menyebabkan banyaknya kegiatan pertambangan mineral itu dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Kato, lumpur laut yang ditemukan memang kaya mineral nadir bumi lain, seperti gadolinium, lutetium, terbium, dan dysporsium.
"Ini biasa digunakan dalam pembuatan televisi layar datar, juga LED (light-emmiting dioda) dan mobil hibdrida," jelas Kato. (umi)
0 comments:
Post a Comment